
Demikian tegas Presiden SBY dalam penandatanganan MoU kerjasama produksi bersama pesawat CN 295 antara PT Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military Industries. Acara berlangsung di PT DI, Bandung, Rabu (26/10/2011).
"Indonesia tidak ingin menghidupkan perlombaan senjata di kawasan ini, sama sekali tidak benar. Dunia juga di kawasan, Indonesia justru jadi bagian penting membangun ASEAN Community," ujar SBY.
Hingga tiga tahun ke depan, Indonesia mengangarkan dana sebesar Rp 150 triliun untuk peremajaan dan pengadaan baru alat utama sistem senjata (alutsista) untuk tiga angkatan bersenjata. Selama dua puluh tahun terakhir, peningkatan kekuatan pertahanan harus mengalah pada pos-pos kebutuhan lain mengingat masih terbatasnya keuangan negara pasca krisis moneter 1998.
"Akibatnya sebagian alutsista kita tertinggal dari yang dimiliki negara-negara lain. Negara yang punya wilayah jauh lebih kecil dari kita, memiliki alutsista yang sebagian lebih modern dan sebagian lebih banyak dibanding yang kita miliki," papar SBY.
Seiring membaiknya keuangan negara, kebutuhan untuk penguatan profil TNI bisa dijalankan. Bukan untuk bersaing dengan negara-negara tetangga atau melakukan ekspansi wilayah, melainkan demi mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI dalam dinamika politik global yang terus berubah.
"Bagi Indonesia, perang jalan terakhir ketika tidak ada jalan lain. Bagi setiap perselisihan konflik, kita dahulukan cara-cara damai. Tidak ada niatan Indonesia menyerang negara lain," tegas SBY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar