Rabu, 05 Oktober 2011

Meneguhkan Profesionalisme


Pada 5 Oktober 2011 tepat 66 tahun usia Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tentara yang lahir dari kancah perjuangan bersenjata melawan penjajahan ini terus bertambah dewasa baik dari sisi usia maupun perannya.

Sejumlah pesan penting, selalu terngiang di hari kelahiran TNI. Seperti kedekatan TNI dengan rakyat, profesionalisme serta kemampuan militer dalam menghadapi ancaman terkini.

Arah menuju profesionalisme sudah dicanangkan sejak reformasi bergulir, termasuk pencabutan dwi fungsi ABRI - sebutan pada masa Orde Baru -- dan larangan institusi TNI melakukan bisnis.

Namun profesionalisme harus tetap didukung dan didasari semangat bersama, bukan semata-mata ada di pundak TNI. Sipil, dalam hal ini politisi, birokrat atau pun pengusaha, juga harus memenuhi koridor yang ada dan jangan menyeret-nyeret TNI dalam wilayah sipil. Politik praktis yang berusaha dihindari militer, tak akan berjalan tanpa dukungan dari sipil.

Bila melihat perkembangan terbaru, tugas TNI secara profesional juga bakal bertambah berat. Sejumlah masalah perbatasan dengan negara tetangga, serta isu baru yaitu terorisme juga memerlukan peran serta TNI.

Dalam perang melawan terorisme, sebagaimana diamanatkan undang undang, peran penindakan sepenuhnya berada di tangan Polri. Namun dengan makin canggih, luasnya jaringan dan nekatnya pelaku terorisme, TNI perlu juga dilibatkan baik dalam konteks deteksi dini dan intelijen kontraterorisme.

Berbicara profesionalisme tentu juga mencakup penyediaan peralatan modern bagi TNI guna mendukung tugas-tugas mereka, serta dukungan kesejahteraan bagi prajurit.

Dari sisi persenjataan. Di tengah keprihatinan menuanya sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista), dalam kurun waktu 10 tahun terakhir penyediaan sarana guna mencapai minimum essential force (MEF) terus diupayakan.

Mulai dari kedatangan korvet Sigma dari Belanda, tambahan pesawat Sukhoi asal Rusia, kehadiran kapal LPD dari Korea Selatan dan PT PAL, serta heli MI 17 dari Rusia. Termasuk di dalamnya 154 panser angkut pasukan Anoa, karya anak negeri PT Pindad.

Belum lagi kontrak-kontrak baru pengadaan alutsita yang akan berdatangan ke tanah air hingga 2014 mendatang, seperti pesawat Super Tucano dari Brasil, pesawat T 50 dari Korea Selatan, dan yang terbaru tiga unit kapal selam, juga dari Negeri Ginseng.

Kesemua peralatan modern tersebut tentu saja memerlukan pemeliharaan dan perawatan yang tidak murah dari sisi biaya, dan tenaga ahli dari sisi sumber daya manusia. Di sini profesionalisme dalam pengertian keahlian profesi, mutlak diperlukan. TNI harus memiliki tenaga-tenaga ahli dengan skil mumpuni untuk mengoperasikan peralatan yang dibeli dari uang rakyat dengan harga sangat mahal.

Dari perpekstif perkembangan militer di kawasan sekitar, seperti, Australia, Singapura, Malaysia, Filiphina dan Vietnam, mereka juga terus memodernisasi persenjataannya. Walau dalam kondisi damai, tapi belanja persenjataan memiliki korelasi dengan kestabilan politik dan kekuatan deterence bagi negara sekitar.

Profesionalisme tentu juga tidak bisa dilepaskan dari masalah kesejahteraan. Peran militer yang sering harus ‘mencuri-curi’ kesempatan dengan profesi ganda, tak lepas dari masalah kesejehtaraan ini.

Langkah mengembalikan TNI pada khitahnya ini juga harus disertai kebijakan yang tegas dari pemerintah. Jangan sampai arena bisnis yang sudah ditinggalkan TNI seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan profesionalisme, justru menjadi arena bagi bagi institusi lain. yang ujung-ujungnya memancing keceburuan.

Pemerintah sudah membuat kebijakan dengan remunerasi dan peningkatan standar gaji, sebagai salah satu langkah mensejahterakan TNI. Tentu saja, kebijakan ini harus diiringi dengan penyediaan sarana dan prasarana bagi anggota TNI.

Bobroknya kondisi asrama atau rumah dinas TNI seolah menjadi cerita muram bagi militer. Kondisi yang terjadi di hampir seluruh negeri ini patut menjadi perhatian khusus. Jangan sampai negara hanya bisa menuntut, tapi prajurit TNI sendiri masih harus pusing memikirkan tempat tinggal yang layak bagi keluarganya.

Maka peringatan HUT TNI yang jatuh pada setiap tanggal 5 Oktober ini, hendaknya dijadikan sebagai momentum untuk meneguhkan kembali profesionalisme militer Indonesia dalam menghadapai berbagai tantangan ke depan. Selamat ulang tahun TNI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar