Tidak seperti biasanya, pagi ini saya menghabiskan waktu di rumah. Yap, saya sedang berada di Sidoarjo. Kebetulan weekend dan cuti bersama saya habiskan untuk liburan ke rumah, mumpung ada kesempatan sebelum nanti rotasi domisili pekerjaan dimulai.
Ba’da subuh, ibu bercerita banyak tentang kehidupan keluarga pasca pensiunnya ayah sejak pertengahan Bulan Mei ini. Ibu bercerita dengan tenangnya bagaimana mereka berdua menghabiskan masa pensiun dengan sangat tenang. Setelah berbagai gelombang pasang surut kehidupan yang menguras pikiran, emosi, melelahkan fisik dan batin.
Ada ketenangan dan keberkahan yang tidak terbayar dengan harta berlimpah. Beberapa hal yang ibu syukuri antara lain, mulusnya “landing” ayah dari pekerjaan di kantornya. Tahu sendiri kan, saat ini banyak pejabat yang pasca pensiun masih diubek-ubek terkait masalah dan kasus di kantornya ketika mereka menjabat. Alhamdulillah ayah tidak. Semua masalah persis selesai tepat pada waktunya.
Ibu juga bersyukur di masa pensiun, hampir tidak ada sama sekali tekanan ekonomi yang berarti. Saya sendiri sudah bekerja dan lepas sepenuhnya dari tanggungan ortu. Adik saya yang masih kuliah sudah mendapatkan beasiswa penuh beserta living costnya dari Depag, disamping dia sudah mulai berbisnis sendiri. Sedangkan adik saya yang baru lulus kuliah walaupun masih mencari pekerjaan, namun masih cukup tercover dari pensiunan ayah.
Selain itu, beberapa cita-cita kedua orang tua sudah tercapai. Mulai dari naik haji, umrah kedua di masa pensiun, renovasi rumah, dan mengganti mobil keluarga yang lebih nyaman dengan tahun pembuatan yang baru serta pajak tahunan yang murah di akhir masa pensiun juga tercapai.
Selain itu tidak ada beban hutang yang mesti dibayar. Semua cicilan sudah lunas tepat pada waktunya. Dan itu masih menyisakan dana tabungan yang lebih dari cukup untuk jangka waktu yang lama dengan
investasi logam mulia, yang akan menjaga nilainya dari inflasi ekonomi.
Seluruh perencanaan mereka dalam menjalani kehidupan, BERHASIL!
Kini mereka berdua tinggal menikmati masa pensiunnya dengan tenang. Punya banyak waktu untuk lebih fokus dan meningkatkan kualitas dan kwantitas ibadah lebih baik lagi.
Perencanaan Yang Berhasil
Di pagi itu, ibu kemudian mensharingkan 4 kunci yang selalu mereka pegang dalam menjalani kehidupan.
1. NIAT YANG SUNGGUH-SUNGGUH
Semua selalu berawal dari niat. Apakah kita punya niat yang sungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu (goal, impian, tujuan, dll), ataukah hanya sekedar saja tanpa ada nilai disana. Sesuatu yang memiliki nilai, cenderung akan kita perjuangkan dengan sungguh-sungguh daripada sekedar keinginan belaka.
Kadangkala kita juga perlu menata niat. Apakah goal yang kita inginkan hanya untuk kepentingan diri kita semata? Ataukah menyangkut kepentingan orang lain juga. Goal yang menyangkut orang lain dan bisa mendatangkan banyak manfaat, biasanya cenderung lebih mudah tercapai daripada yang hanya untuk kepentingan diri kita sendiri. Apalagi bila diniatkan sebagai ibadah.
2. KERJA KERAS
Niat sudah ada, pertanyaan selanjutnya apakah kita mau bekerja keras untuk mewujudkan apa yang kita inginkan tersebut? Jangan berharap hasil yang besar kalau kita maunya kerja santai. Mereka yang menikmati hidup dengan kerja santai, biasanya sudah membayar semuanya dengan kerja keras di awal. Persis seperti
pesawat ulang alik NASA. Butuh sumber tenaga yang besar untuk dorongan di awal. Setelah mencapai titik orbitnya, sedikit saja tenaga yang dibutuhkan untuk bergerak.
Kerja Keras dan Perjuangan
3. DOA YANG KHUSYU’
Dunia ini dinamis. Selalu berubah. Naik dan turun, bagaikan roda kehidupan yang selalu berputar. Siapa yang tidak kuat, tentu akan tergilas saat berada di bawah dan tak mampu bertahan. Karena itu lah kita memiliki Tuhan, tempat untuk bergantung dan meminta pertolongan. Dia lah sumber energi terbesar yang akan selalu memberikan kita power tiada batas untuk terus melangkah dan menghadapi kerasnya kehidupan.
“Berdoalah dengan khusyu’. Mintalah apa yang kamu mau. Tapi jangan lupakan tugasmu sebagai hamba, untuk beribadah kepadanya. Di Al-Qur’an, Allah sudah berjanji akan mengabulkan doa kita. Dan akan mengubah nasib kita, bila kita berjuang untuk mengubahnya.”
“Tidak akan berkurang kekuasaannya bila kamu tidak menyembahNya. Justru karena kita membutuhkan Allah, maka kita menyembah kepadaNya. Pada akhirnya, semua untuk kebaikan kita sendiri.”
Pertanyaannya adalah apakah kita hanya berdoa ketika susah? Masih ingatkah kita dan bersyukur kepadaNya disaat kita senang?
4. TAWAKKAL
Kalau sudah melakukan semuanya dengan maksimal, yang bisa kita lakukan adalah pasrah dan tawakkal kepadaNya. Biarkan Dia memilih, apakah yang kita perjuangkan itu benar-benar baik untuk kita ke depannya, atau malah membawa petaka dan masalah tiada henti.
Sungguh Tuhan Maha Tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Alangkah baiknya bila kita berpegang hanya kepadaNya. Dia lah sebaik-baik penuntun kehidupan.
Bila sudah melakukan semuanya, namun hasil tak kunjung terlihat. Bersabar dan cobalah untuk ikhlas. Mungkin Tuhan punya rencana lain yang jauh lebih besar, lebih hebat dari yang kita minta. Semua akan indah tepat pada waktunya, bila kita pasrahkan kehidupan ini padaNya. Hampir tidak ada figur sukses yang tidak melibatkan Tuhan sebagai “partnernya” dalam berusaha.
Semoga sharing dan oleh-oleh liburan saya kali ini bermanfaat untuk kita semua, khususnya saya pribadi agar bisa mengikuti jejak keberhasilan orang tua.